Tuesday 25 October 2011

Analisis Epidemiology Dampak Kebijakan Kesehatan Gratis



Kebijakan kesehatan gratis  adalah salah satu jualan politik yang mengantarkan pasangan Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu’mang (Sayang) memenangkan pemilihan gubernur Sulawesi Selatan periode 2008-2013. Dari aspek jumlah kunjungan pelayanan kesehatan dapat dipastikan bahwa sejak adanya program pelayanan kesehatan gratis, jumlah pasien yang memanfaatkan fasilitas pemerintah ini semakin meningkat. Demikian pula dengan alokasi anggaran kesehatan,  pemerintah telah menganggarkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Akan tetapi, sejak kurang lebih tiga tahun program kesehatan gratis ini berjalan, apakah pilihan kebijakan ini berkontribusi terhadap menurunnya angka kematian (mortality rate) dan meningkatnya Usia Harapan Hidup (Life Expectancy) belumlah ditelusuri lebih mendalam.  Angka kesakitan (morbidity rate) sebagai salah satu indikator kesehatan tidak dikaji dalam tulisan ini karena diasumsikan bahwa semua pengguna pelayanan kesehatan gratis adalah orang yang menderita sakit.

Analisis Epidemiology
Pendekatan epidemiology adalah salah satu alat untuk melihat indikator-indikator kesehatan berkaitan dengan manfaat yang diperoleh sejak adanya program pelayanan kesehatan gratis. Untuk mengukur tingkat efektifitas kebijakan pelayanan kesehatan gratis ini paling tidak ada dua indikator utama yang bisa dikaji yaitu angka kematian meliputi Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR); Angka Kematian Balita (Children under Five Mortality Rate) dan Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate = MMR); dan Usia Harapan Hidup.
Pertama, Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Indikator Angka Kematian Bayi merupakan alat ukur yang paling sering digunakan untuk memonitor status kesehatan masyarakat suatu wilayah baik dalam kontek desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi atau pun dalam konteks sebuah negara. Kemampuan pemerintah menurunkan Angka Kematian Bayi ini memberikan gambaran keberhasilan pemerintah meningkatkan status kesehatan masyarakat dalam suatu wilayah. Demikian pula sebaliknya, semakin meningkatnya Angka Kematian Bayi, berarti kepedulian pemerintah atau pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah melihat kesehatan masih perlu dipertanyakan. Indikator Angka Kematian Bayi merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya.
Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai target ini dimana Angka Kematian Bayi diharapkan dapat menurun adalah dengan adanya kebijakan kesehatan gratis. Namun, benarkah adanya kebijakan kesehatan gratis ini mampu menurunkan Angka Kematian Bayi khususnya di Sulawesi Selatan? Mari kita lihat data yang ada. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (2009) terdapat dua sumber data yang digunakan untuk melihat trend Angka Kematian Bayi yaitu data hasil survey/proyeksi dan data lapor berdasarkan hasil rekapitulasi dari masing-masing Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Meskipun pada saat itu belum dikenal istilah program pelayanan kesehatan gratis, tetapi kedua sumber data ini menggambarkan Angka Kematian Bayi dengan grafik menurun. Misalnya berdasarkan hasil survey/proyeksi  dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)/Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) jumlah kematian bayi pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 41 per 1000 kelahiran hidup, dan tahun 2008 menurun drastis yaitu sebesar 27,52 per 1000 kelahiran hidup.

Selanjutnya, jika dilihat dari jumlah kematian bayi berdasarkan data yang dirangkum dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota  menunjukkan kecenderungan grafik yang hampir sama. Misalnya jumlah kematian bayi pada tahun 2006 sebanyak 566 bayi atau 4,32 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 sempat mengalami peningkatan dengan angka kematian bayi sebanyak 709 bayi atau 4,61 per 1000 kelahiran hidup, namun pemerintah dapat menurunkan kembali pada tahun 2008 menjadi 638 atau 4,39 per 1000 kelahiran hidup.  Angka Kematin Bayi menurun tajam dari tahun 2008 sampai tahun 2009 menjadi 3.31 per 1000 kelahiran hidup. Meskipun tahun 2008-2009 adalah awal dari diterapkannya program kesehatan gratis, tetapi belum bisa ditarik kesimpulan bahwa menurunnya Angka Kematian Bayi secara significant disebabkan karena adanya kebijakan kesehatan gratis di Sulawesi Selatan karena trend Angka Kematian Bayi, juga cenderung terus menurun  sebelum penerapan kebijakan kesehatan gratis ini.

Kedua, Angka Kematian Balita (AKABA). Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia lima tahun, dinyatakan dengan angka per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita merefleksikan berbagai permasalahan kesehatan anak dan faktor lingkungan terhadap kesehatan anak balita di suatu daerah misalnya status gizi anak balita, keadaan sanitasi lingkungan, kejadian penyakit menular dan kecelakaan dan sebagainya. Indikator Angka Kematian balita seringkali digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan kemiskinan penduduk. Sama halnya dengan data jumlah kematian bayi, jumlah kematian balita di Sulawesi Selatan juga dapat dirujuk dari dua sumber atau pendekatan yang berbeda yaitu data hasil survey/proyeksi Susenas/SDKI 2007 dan data hasil rekapitulasi. Baik data survey/proyeksi maupun data hasil rekapitulasi kedua-duanya menunjukkan bahwa jumlah kematian balita cenderung mengalami peningkatan (2006-2008). Misalnya berdasarkan hasil Susenas/SDKI jumlah kematian balita pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 53 per 1000 kelahiran hidup sedangkan berdasarkan data hasil rekapitulasi jumlah kematin balita hanya sebesar 1,13 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006; 1,33 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan2,73 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Meskipun kelihatan angka kematian balita relatif kecil tetapi dari sisi trend terjadi peningkatan terutama dalam periode 2006-2008, sebelum kebijakan kesehatan gratis diimplementasikan. Namun demikian, jika dilihat dari data kematian balita terutama diawal penerapan kebijakan kesehatan gratis (2008-2009) jumlah kematian balita secara significant cenderung menurun.  
            Ketiga, Angka Kematian Ibu (AKI).  Angka Kematian Ibu adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan selama masa kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu memberikan gambaran tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan pemeliharaan kesehatan ibu baik sebelum melahirkan,  saat melahirkan masa nifas. Jika merujuk data SDKI, jumlah kematian ibu pada tahun 2007 sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini cukup jauh menurun bila dibandingkan dengan dua puluh tahun yang lalu misalnya pada tahun 1986 dimana angka kematian ibu pada saat itu mencapai 450 per 100. 000 kelahiran hidup.
Jika merujuk data hasil rekapitulasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa terjadi penurunan Angka Kematian Ibu dari tahun ke tahun baik pada saat diterapkannya program pelayanan kesehatan gratis maupun pada saat sebelum adanya kebijakan pelayanan kesehatan gratis. Misalnya pada tahun 2006 jumlah kematian ibu sebesar 101,56 per 100.000 kelahiran hidup; tahun 2007 sebesar 92,89 per 100.000 kelahiran hidup dan 2008 sebesar 85,17 per 100.000 kelahiran hidup. Di awal diterapkannya kebijakan kesehatan gratis (2008-2009) jumlah kematian ibu terus menurun  yaitu 78,84 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan indikator-indikator tersebut di atas, fakta menunjukkan bahwa setelah diterapkannya kebijakan kesehatan gratis di Sulawesi Selatan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita maupun Angka Kematian Ibu misalnya terus menurun dan penurunannya sangat significant. Namun, belumlah dapat disimpulkan bahwa apakah penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu disebabkan karena kebijakan kesehatan gratis. Fakta juga menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu juga terus menurun pada saat sebelum diberlakukannya kebijakan ini.
            Keempat, Usia Harapan Hidup (UHH). Usia Harapan Hidup masyarakat Sulawesi Selatan terbilang panjang mengamati trend dari tahun ke tahun. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (2009) bahwa Usia Harapan Hidup masyarakat Sulawesi Selatan pernah hanya 43 tahun secara rata-rata yaitu terjadi pada tahun 1971. Namun, membandingkan Usia Harapan Hidup pada tahun 2000-an angka ini terus menunjukkan grafik yang significant. Misalnya Usia Harapan Hidup pada tahun 2006 yaitu 69,20 tahun, terus meningkat menjadi 69,40 tahun pada tahun 2007. Pada tahun 2008 Usia Harapan Hidup Sulawesi Selatan telah mencapai 70,28 tahun. Diprediksi Usia Harapan Hidup akan terus meningkat dan saat ini telah mencapai standard nasional yaitu 72, 26 tahun.
  
Determinant Kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan gratis adalah salah satu bagian dari dimensi pelayanan kesehatan (health services) dengan tujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Namun faktor pelayanan kesehatan itu mempunyai kontribusi yang relatif kecil dalam upaya kesehatan. Para ahli kesehatan berpendapat bahwa pelayanan kesehatan hanya berkontribusi 10-15% terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat. Artinya, jika dilakukan dengan benar dan tepat sasaran, kebijakan pelayanan kesehatan gratis hanya berkontribusi sekitar 10-15% dari upaya kesehatan untuk mencapai status kesehatan masyarakat suatu wilayah yang lebih baik. Faktor-faktor lain yang sangat dominant adalah faktor lingkungan (environment) dan perilaku masyarakat (behavior/life style).  Karena itu, pendekatannya harus komprehensif, bangun kota-kota sehat (healthy cities) dan wilayah-wilayah sehat lainnya karena pendekatan ini terbukti efektif menciptakan lingkungan dan perilaku yang sehat. Komandan! Jangan habiskan anggaran hanya karena kebijakan pelayanan kesehatan gratis.

No comments:

Post a Comment